Artikel
Kota Jepara memang sudah terkenal hingga ke mancanegara akan seni ukir dan furniturenya. Para pengrajin yang terampil ini dengan teliti dan detil mengolah bongkahan-bongkahan kayu hingga menjadi suatu karya seni yang tampak hidup. Tilik saja salah satu ikon Ukir Jepara "Ukiran Macan Kurung". Macan Kurung merupakan ukiran khas Jepara berbentuk macan di dalam sangkar dengan kaki terikat bola rantai. Ukiran yang satu ini menjadi istimewa dan bernilai seni tinggi lantaran dalam pembuatannya menggunakan satu batang kayu bulat utuh. Kemudian tanpa sambungan atau penempelan ornamen. Untuk sebuah maha karya seni harganya tentu sebanding dengan kualitasnya.
Beberapa waktu lalu dalam Kirab Budaya yang merupakan rangkaian Festival Kartini 2013. Sosok macan kurung di tampilkan kembali dengan cara yang khas oleh para pelaku seni Jepara. Ironisnya banyak masyarakat Jepara sendiri tidak mengerti dan mengenal Ukiran Macan Kurung ini.
Macan Kurung berkembang sejak zaman R. A. Kartini dan mengalami kejayaan selama kurang lebih satu abad sesudahnya. Macan kurung muncul di tengah - tengah sistem pemerintahan kolonial dan adat - istiadat budaya feodal. Diduga karya seni ini sebagai ekspresi simbolis perlawanan para perajin ukir atas tekanan hidup yang dirasakan saat itu. Kerajinan kuno yang berasal dari Desa Mulyoharjo Jepara ini telah membuat Perdana Menteri Korea Selatan ketika melihat secara langsung cara pembuatan macan kurung saat pembuat macan kurung dari Jepara sedang mengikuti Pameran Seni di Korea Selatan, maka seketika itu juga Perdana Menteri Korea langsung membeli Macan Kurung meskipun baru setengah jadi alias belum dicat/politur.
Macan Kurung sekarang ini sudah menjadi barang langka, meskipun sekarang ada yang bisa membuatnya namun nilai estetikanya tidak seperti Macan Kurung jaman dahulu. Karena macan kurung yang asli, macan kemudian bola rantainya, dan kurungannya asli dari kayu utuh bukan dibuat secara terpisah atau tempelan - tempelan.
Jika hendak berkunjung ke Jepara dari arah Kabupaten Kudus, di perbatasan kabupaten Jepara dan Kudus terdapat replika Macan Kurung yang berukuran sangat besar di tepi jalan. Atau jika berkunjung ke Tourism Inforism Informasi Center (TIC) Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Disparbud) Kabupaten Jepara, di sana terdapat ukiran Macan Kurung tiruan yang tidak asli.
Di daerah Belakang Gunung (nama lain Desa Mulyoharjo) ukiran ini sudah jarang dijumpai. Di desa yang sekarang terkenal dengan sebutan Sentra Industri Relief dan Patung Mulyoharjo tinggal menyisakan segelintir pemahat yang biasa membuat ukiran Macan Kurung.
Kepala Bidang Kebudayaan Disparbud Kabupaten Jepara, Amin Ayahudi, menyampaikan saat ini di Mulyoharjo tinggal menyisakan satu keluarga yang bisa membuat ukiran Macan Kurung. Amin menuturkan, masyarakat Belakang Gunung enggan membuat Macan Kurung lantaran proses pembuatannya rumit dan membutuhkan waktu yang sangat lama. Setelah barang jadi ternyata tidak laku di pasaran, meskipun ada yang membeli itupun dengan harga murah sehingga masyarakat menjadi enggan membuatnya.
Daftar Pustaka
Macan Kurung berkembang sejak zaman R. A. Kartini dan mengalami kejayaan selama kurang lebih satu abad sesudahnya. Macan kurung muncul di tengah - tengah sistem pemerintahan kolonial dan adat - istiadat budaya feodal. Diduga karya seni ini sebagai ekspresi simbolis perlawanan para perajin ukir atas tekanan hidup yang dirasakan saat itu. Kerajinan kuno yang berasal dari Desa Mulyoharjo Jepara ini telah membuat Perdana Menteri Korea Selatan ketika melihat secara langsung cara pembuatan macan kurung saat pembuat macan kurung dari Jepara sedang mengikuti Pameran Seni di Korea Selatan, maka seketika itu juga Perdana Menteri Korea langsung membeli Macan Kurung meskipun baru setengah jadi alias belum dicat/politur.
Macan Kurung sekarang ini sudah menjadi barang langka, meskipun sekarang ada yang bisa membuatnya namun nilai estetikanya tidak seperti Macan Kurung jaman dahulu. Karena macan kurung yang asli, macan kemudian bola rantainya, dan kurungannya asli dari kayu utuh bukan dibuat secara terpisah atau tempelan - tempelan.
Jika hendak berkunjung ke Jepara dari arah Kabupaten Kudus, di perbatasan kabupaten Jepara dan Kudus terdapat replika Macan Kurung yang berukuran sangat besar di tepi jalan. Atau jika berkunjung ke Tourism Inforism Informasi Center (TIC) Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Disparbud) Kabupaten Jepara, di sana terdapat ukiran Macan Kurung tiruan yang tidak asli.
Di daerah Belakang Gunung (nama lain Desa Mulyoharjo) ukiran ini sudah jarang dijumpai. Di desa yang sekarang terkenal dengan sebutan Sentra Industri Relief dan Patung Mulyoharjo tinggal menyisakan segelintir pemahat yang biasa membuat ukiran Macan Kurung.
Kepala Bidang Kebudayaan Disparbud Kabupaten Jepara, Amin Ayahudi, menyampaikan saat ini di Mulyoharjo tinggal menyisakan satu keluarga yang bisa membuat ukiran Macan Kurung. Amin menuturkan, masyarakat Belakang Gunung enggan membuat Macan Kurung lantaran proses pembuatannya rumit dan membutuhkan waktu yang sangat lama. Setelah barang jadi ternyata tidak laku di pasaran, meskipun ada yang membeli itupun dengan harga murah sehingga masyarakat menjadi enggan membuatnya.
Daftar Pustaka
- http://jaringnews.com/seleb/hangout/37835/ukiran-khas-jepara-kian-langka
- http://id.wikipedia.org/wiki/Macan_Kurung